Rabu, 16 April 2014

Distosia karena Kelainan His

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), letak bujur atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala terdapat keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri, dan proses kelahiran berlangsung kurang lebih 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Sebagian besar persalinan adalah persalinan normal, hanya 12-15% merupakan persalinan patologis, seperti distosia. Distosia sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya disebabkan oleh kelainan tenaga.
Distosia karena kelainan tenaga (HIS) adalah HIS yang tidak normal, sehingga dapat menimbulkan penyulit pada saat persalinan, dan pada beberapa kasus dapat mengakibatkan kematian pada janin maupun ibu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian tentang distosia kelainan tenaga/his?
2.      Bagaimana pengertian tentang distosia kelainan alat kandungan?
C.    Tujuan
1.      Mengerti dan memahami pengertian tentang distosia kelainan tenaga/his.
2.      Mengerti dan memahami pengertian tentang distosia kelainan alat kandungan.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Distosia karena Kelainan His
1.      Definisi
Baik tidaknya his dinilai dengan :
a.       Kemajuan persalinan
b.      Sifatnya his : frekuensi, kekuatan dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dengan menekan dinding rahim pada puncak kontraksi.
c.       Besarnya caput succedaneum
Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita. His itu diketahui kurang kuat kalau : terlalu lemah, terlalu pendek dan terlalu jarang.
Yang dinamakan inersia uteri ialah pemanjagan fase latent atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase latent dapat disebabkan karena serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgesi yang terlalu cepat. Pemanjangan fase decelerasi diketemukan pada disproporsi cephalopelvik atau kelainan anak. Perlu diinsyafi bahwa pemanjangan fase latent maupun fase aktif meninggikan kematian perinatal.
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancran persalinan. Dibawah ini dikemukakan lagi ringkasan dari his normal :
a.         Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his. Pada kala pmbukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada srvikogram menurut friedman.
b.        b. Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu menjalar keseluruh otot rahim.
c.        Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim)dan servik tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
d.       Sifat-sifat his :lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta sakitnya.
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia dapat disebabkankarena kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainan mbesar anak, bentuk anak (Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang dan lintang), serta karena kelainan jalan lahir.
2.      Etiologi
a.       Inersia uteri hipotoni : panggul sempit, kelainan letak kepala, penggunaan analgesi terlalu cepat, hidramnion, gemelli, ibu merasa takut, salah memimpin persalinan.
b.      Inersia uteri hipertoni : pemberian oksitosin berlebihan.
Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uterisering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin memegang pula peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan) mempengaruhi kelainan his. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his inersia uteri, ialah apabila bahwa janin tidak berhubungan rampat dengan segmen bawah rahim ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik. Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his. 
o   Primigravida, multigravida dan grandemultipara.
o   Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
o   Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.
o   Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim. Ini dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
o   Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.
o   Kehamilan postmatur.

3.      Klasifikasi
Dulu inersia uteri dibagi dalam :
a.       Inersia uteri primer ialah kalau his lemah dari permulaan persalinan.
b.      Inersia uteri sekunder kalau mula-mula his baik tapi kemudian menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah jika persalinan berlangsung lama (inersia kelelahan).
Dalam obstetri modern partus lama dengan kehabisan tenaga ibu tidak boleh terjadi, maka inersia uteri sekunder menurut pengertian di atas jarang diketemukan, malaupun begitu di Indonesia inertia uteri karena kelelahan masih sering terjadi.
Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah
a.       Inersia uteri hypotonis dimana kontraksi terkoordinasi tapi lemah hingga menghasilkan tekanan yang kurang dari 15 mmHg. His kurang sering dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. Pada his yang baik tekanan intrsuterin mencapai 50-60 mmHg biasanya terjadi dalam fase aktif atau kala II, makan dinamakan juga kelemahan his sekunder. Asfiksia anak jarang terjadi dan reaksi terhadap pitocin baik sekali.
v  Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu terenggang misalnya karena hidramion atau kehamilan kembar atau grandemultipara atau primipara serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
Inersia uteri terbagi dua yaitu:
·         Inersia primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum
·         Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada persalinan akibat inersia uteri sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama karena dapat menimbulkan kelelahan otot uterus maka inersia uteri sekunder ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
v  Etiologi
·         Anemia
·         Primigravida terutama pada usia tua
·         Perasaan tegang dan emosional
·         Ketidak tepatan pengunaan analgetik seperti saat pemberian oksitosin atau obat penenang
·         Salah pimpinan persalinan
·         Kelinan uterus seperti bikornis unikolis
·         Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramion
·         Kehamilan postmatur
v  Tanda dan gejala
·         Waktu persalinan memanjang
·          Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
·         Dilatasi serviks lambat
·          Membran biasanya masih utuh
·         Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal
v  Diagnosis
·         Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di sertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini di perlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran dan pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal persalinan belum di mulai




Penanganan :
a)      Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan.
b)      Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang,  kemungkinan yang ada.
c)      Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan sectio cesaria.
d)  Melakukan stimulasi puting susu dengan cara menggosok, memijat atau melakukan gerakan melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakiniakan melepaskan hormon oksitosin yang dapat menyebabkan kontraksi. adabeberapa rekomendasi dalam hal penggunaannya, yaitu:
§  Hanya memijat satu payudara pada suatu waktu
§  Hanya memijat puting selama 5 menit, lalu tunggu selama 15 menit untuk melihat apa yang terjadi sebelum melakukan pemijatan kembali
§  Sebaiknya tidak menstimulasi payudara selama kontraksi
§  Jangan menggunakan stimulasi payudara jika kontraksi sudah terjadi setiap 3 menit atau 1 menit

d)     Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% ,dimulai dengan 12 tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes permenit sampai 40-50 tetes permenit.
e)      Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuat HIS setelah pemberian beberapa lama,hentikan dulu dan ibu disuruh istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium10 mg dan esoknya dapat diulangi lagi pemberian oksitosin drips.
f)       Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan Secsio Sesarea
g)      Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan partus berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atau forcep, atau secsio sesarea)

b.      Inersia uteri hypertonis dimana kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya : kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inertia uteri ini sifatnya hypertonis, sering disebut inertia spastis. Pasien biasanya sakit kesakitan. Inertia uteri hypertonis terjadi dalam fase latent, maka boleh dinamakan inertia primer. Tanda-tanda fetal distress cepat terjadi.
v  Pengertian
Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam di sebut partus presipitatus). Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
v  Etiologi
a.       Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
b.      Infeksi intrauteri
c.       Pemberian oksitosin yang berlebihan
v  Tanda dan gejala
a.       Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
b.      Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi
c.       Ketuban pecah dini
d.      Distres fetal dan maternal
e.       Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura
v  Diagnosis
a.       Anamesa
           Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus
b.      Pemeriksaan fisik
           Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses persalinan yang semakin cepat

v  Penanganan:
a)      Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam).
b)      Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan secsio sesaria.
c)      Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.

Jadi secara ikhtisar perbedaan antara inersia hypotonis dan hypertonis adalah sebagai berikut :

Hypotonis
Hy[ertonis
Kejadian
Tingkat persalinan
Nyeri
Fetal distress
Reaksi terhadap oksitocin
Pengaruh sedativa
4% dari persalinan
Fase aktif
Tidak nyeri
Lambat terjadi
Baik
sedikit
1% persalinan
Fase latent
Nyeri berlebihan
Cepat
Tidak baik
besar

c.       Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan singkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak maju.
Penanganan:
a)      Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
b)      Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut selesaikanlah partus menggunakan hasil pemriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forseps atau seksio sesaria.

4.      Faktor Risiko
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi, regangan dinding rahim (hydramnion, gemelli), perasaan takut dari ibu.
5.      Komplikasi terhadap Ibu dan Janin
a.       Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau jejas kelahiran
b.      Kemungkinan infeksi bertambah, yang juga meninggikan kematian anak.
c.       Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi : tanda-tandanya pols naik, suhu meinggi, acetonuri, nafas cepat, meteorismus dan turgor berkurang.
Infus harus diberikan kalau partus lebih lama dari 24 jam, untuk mencegah timbulnya gejal-gejala di atas.
6.      Penatalaksanaan
Kelainan his dapat diatasi dengan :
a.       Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau penyulit diatas.
b.      Inersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomi dan memberikan tetesan oksitosisn (kecuali pada panggul sempit, penanganan di seksio sesarea)

B.     HIS YANG TIDAK TERKOORDINASI
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated hypertonic uterine contraction.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
 Faktor usia penderita relatif tua
 Pimpinan persalinan
 Karena induksi persalinan dengan oksitosin
 Rasa takut dan cemas
Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi di mana-mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen bawah uterus. Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Oleh sebab itu jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini dengan pasti. Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks 5 bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit. Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat  memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Usaha-usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti morphin, pethidin dan lain-lain. Akan tetapi persalinan tidak boleh berlangsung berlarut-larut apalagi kalau ketuban sudah pecah. Dalam hal ini pada pembukaan belum lengkap,perlu dipertimbangkan seksio sesarea. Lingkaran konstriksi dalam kala I biasanya tidak diketahui, kecuali kalau lingkaran ini terdapat di bawah kepala anak sehingga dapat diraba melalui kanalis servikalis. Jikalau diagnosis lingkaran konstriksi dalam kala I dapat dibuat persalinan harus diselesaikan sengan seksio sesarea. Biasanya lingkaran konstriksi dalam kala II baru diketahui, setelah usaha melahirkan janin dengan cunam gagal. Dengan tangan yang dimasukkan ke dalam cavum uteri untuk mencari sebab kegagalan cunam, lingkaran konstriksi, mudah dapat diraba. Dengan narkosis dalam, lingkaran tersebut kadang-kadang dapat dihilangkan, dan janin dapat dilahirkan dengan cunam. Apabila tindakan ini gagal dan janin masih hidup, terpaksa dilakukan seksio sesarea. Pada distosis servikalis primer dimbil sikap seperti pada incoordinate uterine action. Pada distosia servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks robek, yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah
C.    Distosia Kelainan Alat Kandungan
1.      Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.
a. Klasifikasi
1.Oedema Vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala pre eklamsia akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan giza. Pada persalinan lama dengan penderita dibiarkan mengedan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva. Kelainan ini umumnya jarang merupakan rintangan bagi kelahiran per vaginam
Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan) pada vulva.
Edema bisa timbul pada waktu kehamilan. Biasanya sebagai gejala pre eklamsi akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain misalnya gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan yang lama. Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita mengejan terlampau lama (terus menerus), sedangkan kepala belum cukup turun. Hal itu mempersulit pemeriksaan dalam dan menghambat kemajuan persalinan yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan luas pada jalan lahir.
Diagnosa Subjektif
Ibu mengatakan terjadi pembengkakan pada alat kelaminnya (vulva),sehingga timbul ketidaknyamanan pada ibu,bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur
Diagnosa Objectif
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menginspeksi adanya pembengkakan pada daerah vulva
v  Penatalaksanaan
a.       Istirahat cukup
b.      Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
c.       Kalau keadaan memburuk,kemungkinan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi


2. Stenosis Vulva
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulakn kesulitan. Walaupun umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi, yang cukup luas. Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga hanya orifisium utrethra eksternum tampak dapat pula, terjadi. Penanganan ini ialah mengadakan sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala.
Stenosis vulva merupakan kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali,atau dapat pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja yang nampak/ penyempitan vulva/vagina atau akibat perlengketan dan parut karena peradangan atau perlukaan pada persalinan yang lalu.



v  Penyebab
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan.
v  Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Nyeri pada daerah vulva
               
Diagnosa Objectif
Inspeksi : Adanya penutupan pada daerah vulva,ataupun hanya terlihat bagian orifisium uretra eksternum saja
v Penatalaksanaan
Walaupun umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi yang cukup luas namun penanganan dengan sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala juga dapat dilakukan.Dan biasa tindakan persalinan dengan operasi merupakan pilihan utama.

.



4. Varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir. Serta dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat hormone estroid. Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi pula emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.
v  Pengertian
Pelebaran pembuluh darah vena yang terjadi pada vulva.Selain kelihatan kurang baik pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun persalinan.Kejadian varises ini makin meningkat pada kehamilan makin tinggi dan segera akan menghilang atau berkurang setelah persalinan.
v  Penyebab
·         Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah, seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat hormone estrogen. Penyebab utama varises adalah lemah/rusaknya katup pembuluh vena. Pada pembuluh vena terdapat katup – katup yang berfungsi untuk menahan agar darah tidak turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada pembuluh vena menyebabkan darah akan terus mengalir ke arah jantung. Katup yang rusak atau lemah akan membuat darah bergerak mundur yang mengakibatkan darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah yang disebut sebagai varises.
·         Karena factor heriditer
 Bahaya dalam kehamilan dan persalinan adalah :
·         Bila pecah akan terjadi perdarahan sedikit/banyak
·         Bila pecah dapat pula terjadi emboli udara dan bisa berakibat fatal
·         Diagnosa
v  Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan terjadi  wasir.
Diagnosa Objectif
Inspeksi : Pembuluh darah vena akan menonjol di permukaan kulit yang berwarna ungu atau biru gelap biasa tampak seperti tali sepatu, Jika varises sudah kronik maka akan tampak pembuluh darah vena yang menyerupai jaring laba – laba (spider navy).
v Penatalaksanaan
·         Kurangi konsumsi garam dan makan yang mengandung kolesterol tinggi.
·         Perbanyak konsumsi sayuran dan buah berserat tinggi dan makanan yang dapat merangsang sirkulasi darah, seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, jahe dan cabai merah. Juga makanan yang kaya dengan vitamin B kompleks, vit C, vit E, vit B6, magnesium, asam folat, kalsium dan zinc seperti gandum dan kacang kedelai (susu kedelai).
·         Perbanyak makanan dan minuman yang mengandung antioksidan tinggi seperti sayur – sayuran hijau, buah apel, wortel dan jeruk. Dianjurkan minum susu kedelai karena mengandung tinggi flavonoid yang mengandung antioksidan, vitamin B kompleks, vit C, vit E, vit B6, magnesium, asam folat, kalsium dan zinc yang sangat bermanfaat untuk mencegah dan membantu pemulihan pembuluh darah vena.
·         Jangan berdiri atau duduk terlalu lama. Jika pekerjaan anda dituntut untuk berdiri lama maka usahakan tidak diam namun sekali – sekali anda berjalan agar otot anda tidak statis (diam) dan sekali – kali anda duduk istirahat.
·         Pada saat tidur, tinggikan kaki anda, lebih tinggi dari posisi pinggul atau jantung anda. Posisi kaki yang lebih tinggi dari jantung akan memudahkan aliran darah vena kembali ke jantung.
·         Jangan memakai ikat pinggang terlampau kencang (ketat)
·         Jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah
·         Dapat diberikan obat-obatan : Venosan,Glyvenol,Venoruton,dan Varemoid.
·         Dengan beberapa pertimbangan pada kasus dengan varises vulva maupun vagina yang besar dapat dianjurkan persalinan dengan seksio sesarea.
·         Dan untuk wanita hamil dengan keluhan wasir untuk sementara dapat diatasi dengan pengobatan sampai persalinan berlangsung.Setelah persalinan berakhir,keluhan wasir berkurang sampai menghilang dan tidak memerlukan tindakan lain.

5. Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma dijaringan ikat yang renggang divulva, sekitar vagina atay ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar. Bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
v Pengertian
Pecahnya pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan,yang dapat terjadi saat kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada persalinan.Hematoma vulva dan vagina dapat besar,disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif.

v Penyebab
·         Hematoma vulva disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama.
·         Kumpulan darah diluar pembuluh darah terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana tidak pada tempatnya.
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan hematoma dijaringan ikat menjadi renggang, di sekitar vulva atau ligamentum latum.
·         Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma(diluar persalinan) misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar.
v Diagnosa
Diagnosa Subyektif
·         Hematoma vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh infeksi yang menyeluruh dengan ukuran yang bervariasi
·         Adanya keputihan yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan yang disebabkan oleh jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan,sehingga terjadi perdarahan yang banyak.

Diagnosa Obyektif
Inspeksi           : pada kehamilan uterus akan teraba lebih besar
Palpasi             : pada kehamilan uterus lebih lunak daripada keadaan normalnya

v Penatalaksaan
·         Hematoma yang besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan bekuan darah dan mengikat pembuluh darah yang pecah
·         Bila hematoma kecil resorbsi sendiri,
·         Hematoma yang terjadi pada pertolongan persalinan saat ini sudah jarang terjadi apalagi kehamilan grandemultipara sangat kurang.Bidan yang dalam pertolongan persalinan menghadapi hematoma sebaiknya mengirimkan penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolongan yang adekuat.

6. Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
Sifilis disebabkan oleh troponema palladium. Luka primer di vulva sering tidak disadari penderita dalam stadium 2 dijumpai kondiloma akuminata yaitu tonjolan kulit lebar-lebar dengan permukaan licin, basah, warna putih atau kelabu dan sangat infeksius. Wanita hamil fluor albus harus diperiksa kemungkinan lues di samping pemeriksaan gonorea, trikomoniasias dan kandidiasis. Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan keluhan fluor albus dan disuria.Bayi yang lahir dengan ibu yang menderita gonorea dapat mengalami blenora neonaturum. Trikomoniasis vaginalis yang disebabkan parasit golongan protozoa menimbulkan gejala fluor albus dan gatal. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan sebaliknya dia dapat menulari pasangan wanita. Penularan dapat terjadi juga melalui handuk.
v  Pengertian
Peradangan pada vulva biasa disebut dengan vulvitis

v  Penyebab
·         Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina
·         Dapat terjadi akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
·         Dapat terjadi akibat infeksi non spesifik seperti : eksema,pruritus vulvae,skabie,pedikulus pubis,bartholinitis.

v Diagnosa
Diagnosa subjectif
·         Mengeluh adanya keputihan (four albus)
·         Demam
·         Pada sifilis stadium II di jumpai kondiloma lata
Diagnosa Objectif
Inpeksi             : adanya keputihan dan infeksi pada vulva
v Penatalaksanaan
·         Pada kehamilan,radangan tersebut harus diobati.Obat yang diberikan harus dipikirkan apakah mempunyai efek buruk terhadap anak terutama dalam proses pertumbuhan organogenensis.
·         Dalam pertolongan persalinan menghadapi peradangan sebaiknya mengirimkan penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolongan yang adekuat.
vulvitis








7. Kondiloma Akuminata
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lender yang menyerupai jengger ayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulis menganjurkan insisi dengan elektrocavteratau atau dengan tingtura podofilin. Kemungkinan residiv selalu ada penyebab rangsangan tidak berantas lebih dahulu atau penyakit primernya kambuh.
v Pengertian
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger ayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum: permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap. Kondiloma akuminata berbentuk seperti kembang kumis  atau cauliflower dengan ditengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama bagian atas oleh epitel dengan hyperkeratosis. Penyakit terdapat dalam bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu kelompok. Lokasinya ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah perianal, pada vagina dan serviks uteri. Dalam hal-hal yang terakhir ini terdapat leukorea.

v   Penyebab
Kondiloma Akuminata disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak persamaanya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea oleh sebab lain mempermudah tumbuhnya virus dan kondiloma akuminata. Kelainan ini juga lebih sering ditemukan pada kehamilan karena lebih banyak vaskularisasi dan cairan pada jaringan.

v   Diagnosa
 Diagnosa Subjectif
 Mengeluh mengalami keputihan

 Diagnose Objectif
Umumnya diagnosis Kondiloma Akuminata tidak sukar dibuat dan dapat dibedakan dari kondilomata lata, satu manifestasi dari sifilis.

v  Penatalaksanaan
·    Kondiloma Akuminata yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10% podofili dalam gliseril atau dalam alcohol. Pada waktu pengobatan daerah sekitarnya harus dilindungi dengan vaselin, dan setelah beberapa jam tempat pengobatan harus dicuci dengan air dan sabun.
·    Pada Kondiloma Akuminata yang luas, terapinya terdiri atas pengangkatan dengan pembedahan atau kauterisasi. Untuk mencegah timbulnya residif, harus diusahakan kebersihan pada tempat bekas Kondiloma Akuminata, dan leukoria harus diobati. Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulis menganjurkan insisi dengan elektrocavter atau dengan tingtura podofilin.
imagesimg0043kondiloma akuminatacondyloma acuminata1

                                                                                                    



8.Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkotenensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per vaginam.
v Pengertian
Kejadian fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin jarang terjadi.Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan.

v Penyebab
Akibat tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah berada di dasar panggul dengan jalan lahir tulang.Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul,menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkotenensia alvi. Oleh karena itu,setelah melakukan pertolongan persalinan kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula.

v Penatalaksaan
·         Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per vaginam.
·         Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum,selalu di pasang daure kateter sehingga vaskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan terhindar dari nekrosis dan fistula.
·         Operasi rekonstruksi fistula sulit dan keberhasilannya belum memuaskan.
·         Untuk mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah dirujuk pada saat mencapai garis waspada,sehinggan dapat dilakukan tindakan tepat dan cepat untuk dapat menurunkan morbilitas dan mortalitas.


Fistula-an-Abnormal-Connection-Between-an-OrganF1






Diagnosa Subjektif
Ibu mengatakan terjadi pembengkakan pada alat kelaminnya (vulva),sehingga timbul ketidaknyamanan pada ibu,bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur
Diagnosa Objectif
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menginspeksi adanya pembengkakan pada daerah vulva

2.      Vagina
a.      Klasifikasi
1.      Kelainan Vagina (Aplasia vagina)
v Pengertian
Pada aplasia vagina, diintroitus vagina terdapat cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam.

v Penyebab
Kelainan congenital,atau pertumbuhan atau pembentukan organ janin yang tidak sempurna di dalam kandungan pada masa kehamilan

v Penatalaksanaan
Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru, beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya pada saat wanita bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit.
image012aplasia vagina







2.      Stenosis Vagina Kongenital
v  Pengertian
Jarang terdapat , lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.
Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu.

v  Penyebab
Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.
9450stenosis vagina







3.      Tumor Vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin per vaginam, adanya tumor vagina bisa pula menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan dengan seksio sesar.


tumor vagina









4.      Kista Vagina
v  Penyebab
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra eksterna.Bisa berukuran kecil dan besar sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan namun dapat pula menyukarkan persalinan.

v  Penatalaksanaan
·         Kehamilan muda         : diekstirpasi setelah kehamilan 3-4 bulan
·         Dalam persalinan         : jika kecil maka tidak menghalangi turunnya
 kepala,tidak mengganggu persalinan.Setelah 3  
 bulan pasca persalinan dilakukan ekstirpasi
 tumor.Bila besar dan menghalangi turunnya
 kepala untuk mengecilkannya dilakukan aspirasi
 cairan tumor.

3.      Uterus
a.       Retroflexio Uteri
v  Pengertian
Adalah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam rongga panggul,tidak dapat keluar memasuki rongga perut.
Kehamilan pada retrofleksi uteri tidak banyak dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus selama hamil dan melepaskan diri dari ruangan pelvis minor.
Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup

v  Penyebab
Terkurung uterus,mungkin uterus retrofleksi,tertahan karena adanya perlekatan-perlekatan atau oleh sebab lain yang tidak diketahui (fiksata).Terdapat kemungkinan dari nasib kehamilannya :
a.       Koreksi spontan   : dimana pada kehamilan 3 bulan korpus dan fundus naik masuk kedalam rongga perut.
b.      Abortus                : hasil konsepsi terhenti berkembang dan keluar,karena sirkulasi terganggu.
c.       Koreksi tidak sempurna : dimana bagian yang melekat tetap tertinggal sedangkan bagian uterus yang hamil naik masuk ke dalam rongga perut disebut retrofleksia uteri gravidi partialis.Nasib kehamilan selanjutnya bisa abortus, partus prematurus,terjadi kesalahan letak dan bersalin biasa.

v Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Adanya gangguan miksi,defekasi rasa sakit dan penuh di dalam rongga panggul.Keluhan muncul pada UK di atas 16 minggu,dimana uterus mengisi rongga panggul.

v Penatalaksanaan
·         Salah satu penanganan yang masih dianjurkan adalah melakukan tidur dengan kedudukan dada-kaki beberapa waktu dengan harapan agar retrofleksi uteri gravidi dapat lepas dari ruangan pelvis minor.Disamping itu dapat pula dilepaskan dengan kedudukan tidur dada-kaki dan mendorong uterus gravidus keluar dari ruangan pelvis minor.
·         Bila tidak terjadi perlekatan dapat dilakukan :
a.       Reposisi digital jika perlu dalam narkosa
b.  Koreksi dengan posisi genu-pektoral selama 3 x 15 perhari atau langsung dikoreksi melalui vagina dengan 2 jari mendorong korpus uteri kearah atas keluar rongga panggul
c.  Posisi trendelenberg dan istirahat
d. Reposisi operatif.

Untitledretrofleksi







b.      Prolapsus Uteri
v  Pengertian
Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat dibagi menjadi 3 tingkat :
a.       Tingkat I               : Uterus turun dengan serviks uteri sampai introitus vagina
b.      Tingkat II             : Sebagian uterus keluar dari vagina
c.       Tingkat III            : Uterus keluar seluruhnya dari vagina dengan inversion
 vaginae.
Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkurang karena setelah bulan ke IV uterus naik dan keluar dari rongga panggul kecil. Tetapi ada kalanya portio ini menjadi oedemateus.Kadang-kadang disertai pula dengan sistokel dan rektokel.

v  Penyebab
·         Terjadi karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiopoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele.Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang kerenggangannya
·         Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
·         Persalinan lama dan sulit:
a.       Meneran sebelum pembukaan lengkap
b.      Laserasi dinding vagina bawah pada kala 2
c.       Penatalaksaan pengeluaran plasenta
d.      Reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik
·         Pada menopause
Karena hormon estrogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi melemah.

v  Diagnosa
Diagnosa Subjektif
·         Pasien biasanya merasa adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna
·         Rasa sakit dipanggul dan pinggang(backache).Biasanya jika penderita berbaring keluhan menjadi berkurang.
·         Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a.       Kencing sering dan sedikit-sedikit ,mula-mula pada siang hari kemudian bila lebih berat pada malam hari.
b.      Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya.
c.       Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing ketika batuk,mengejan.
·         Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
a.       Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
b.      Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina
·         Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :
a.       Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja.Gesekan porsio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada porsio uteri.
b.      Leukhorea karean kongesti pembuluh darah didaerah serviks dan karena infeksi serta luka pada porsio uteri.
·         Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di vagina.
                                                                                                                              
Diagnosa Objectif
·         Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari.Apakah porsio uteri pada posisi normal tau porsio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.Selanjutnya penderita diminta berbaring dengan posisi litotomi ditentukan pula panjangnya servik uteri.Servik uteri yang lebih panjang dari biasa dinamakan elongasio kolli.
·         Pada sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan kedalam sistokel dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina.
·         Menegakkan diagnose rektokel mudah yaitu menonjolnya rectum kelumen vagina sepertiga bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari proksimal ke distal ,kistik dan tidak nyeri.Untuk memastikan diagnosis jari dimasukkan kedalam rectum dan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang menonjol ke lumen vagina.

v Penatalaksaan
Indikasi melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor seperti umur penderita,keinginannya untuk mendapatkan anak atau untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
prolap_uteri








c.       Kelainan Bawaan Uterus
v  Pengertian
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan.

v  Penyebab
Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller dan dalam kanalisasi. Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks, dan 2 vagina. Uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri. Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral. Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.

v Penatalaksanaan
Tindakan operatif.
4.      Serviks
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan ialah
Distosia Servikalis
v  Penyebab
Karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin.

v Diagnosis
Diagnosa Objectif
Dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternum ditengah-tengah lapisan tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung dimasukkan ke orifisium,ini biasanya serviks yang kaku pada primi tua sebagai akibat infeksi atau operasi.

v  Penatalaksanaan
Merujuk untuk dilakukan tindakan operatif





























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Yang dinamakan inersia uteri ialah pemanjagan fase latent atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase latent dapat disebabkan karena serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgesi yang terlalu cepat. Pemanjangan fase decelerasi diketemukan pada disproporsi cephalopelvik atau kelainan anak. Perlu diinsyafi bahwa pemanjangan fase latent maupun fase aktif meninggikan kematian perinatal.
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancran persalinan.
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.



















DAFTAR PUSTAKA
MMK,Ai yeyeh Rukiyah,S.Si.T.MMK,Lia Yulianti,Am.keb.2010.Asuhan Kebidanan 4 (Patologi).Jakarta:Trans Info Media
Fraser,Diane M.Cooper,Margaret A.2009.Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta:EGC
Sarwono Prawirohardjo.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar